Hot Reads

Selasa, 15 Juli 2014

UMRAH

cropped-6869hajj_umrah.jpg

A. Makna Umrah.
Secara bahasa, kata umrah bermakna ziarah (berkunjung, atau mengunjungi).
Adapun maknanya secara syar'i adalah berziarah ke Baitullah dengan melaksana-kan thawaf di sekelilingnya, sa'i di antara Shafa dan Marwah serta mencukur rambut kepala atau memendekkannya.
B. Dalil di Syari'atkannya Ibadah Umrah.
* Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman:
“…Dan sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah karena Allah…”
* Bahwasanya Nabi Shalallaahu alaihi wasalam melaksanakan ibadah umrah sebanyak empat kali.
Imam Ibnu Katsir berkata: "Telah tetap bahwa Nabi Shalallaahu alaihi wasalam melaksanakan umrah sebanyak empat kali, semuanya beliau kerjakan pada bulan Dzulqa'dah.
1) Umrah Hudaibiyyah pada bulan Dzulqa'dah tahun 6 H.
2) Umratul Qadha' pada bulan Dzul-qa'dah tahun 7 H.
3) Umrah Ji'ranah pada bulan Dzul-qa'dah tahun 8 H.
* Umrah yang beliau sertakan dengan ibadah hajinya pada bulan Dzul-qa'dah tahun 10 H
* Para ulama telah sepakat atas di sya-ri'atkannya umrah meskipun mereka berbeda pendapat tentang hukumnya apakah wajib atau mustahab (sangat dianjurkan).
C. Keutamaan Umrah.
Umrah adalah salah satu di antara ibadah yang paling mulia dan upaya pendekatan diri kepada Allah yang paling afdhal. Dengannya Allah Subhannahu wa Ta'ala mengangkat derajat hamba-hamba-Nya dan Nabi Shalallaahu alaihi wasalam telah menganjurkannya, baik melalui uca-pan maupun perbuatan beliau Shalallaahu alaihi wasalam . Dalam sebuah hadits, beliau bersabda:
"(Pelaksanaan) umrah hingga umrah yang berikutnya adalah pelebur dosa (yang di-lakukan) di antara keduanya".
Demikian pula sabda beliau:
"Ikutilah antara pelaksanaan haji dengan (melaksanakan) umrah, karena keduanya melenyapkan kefakiran dan dosa-dosa sebagaimana alat pandai besi melenyapkan kotoran yang ada pada besi, emas dan perak."
D. Rukun-Rukun Umrah.
* Ihram yaitu masuk dalam ibadah umrah dengan mengucapkan: 'Labbaikallohumma bi'umrah
hal ini berdasarkan pada hadits Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam :
"Sesungguhnya semua amal perbuatan hanyalah (disertai) dengan niat.”
* Melaksanakan thawaf (umrah) berdasarkan Firman Allah Subhannahu wa Ta'ala :
"…Dan hendaklah mereka melakukan thawaf sekeliling rumah tua itu (Baitullah).”
* Melaksanakan sa’i di antara Shafa dan Marwah, berdasarkan firman Allah Subhannahu wa Ta'ala :
"Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebahagian dari syi’ar Allah, maka barangsiapa yang beribadah haji atau berumrah, tidak ada dosa baginya untuk mengerjakan sa’i antara keduanya…"
Dan Nabi Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:
"Laksanakanlah sa’i karena sesungguhnya Allah telah mewajibkan atas-mu untuk melaksanakan sa’i."
* Mencukur rambut atau memendekkannya, berdasarkan pada hadits ’Abdullah bin ‘Umar Radhiallaahu anhu , bahwasanya Nabi Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:
"Barangsiapa di antara kamu yang tidak membawa binatang hadyu (kurban), maka hendaklah ia melaksanakan thawaf di Baitullah dan (sa’i) di antara Shafa dan Marwah, serta memotong pendek (rambutnya) bertahallul."
E. Hal-Hal yang Diwajibkan Dalam Umrah.
* Bagi mereka yang akan melaksanakan umrah, jika tempat tinggal mereka di-luar miqat, maka mereka harus ber-ihram dari miqat.
* Bagi yang tinggal di dalam lokasi miqat, mereka berihram dari rumah/tempat tinggal mereka.
* Orang yang bermukim di Makkah (tanah Haram), jika akan melaksana-kan umrah, maka ia wajib keluar dari tanah Haram ke daerah "Hil" yang terdekat, seperti Tan'im atau Ji'ranah dan berihram dari sana. Hal ini berdasarkan hadits 'Abdurrahman bin Abi bakar ash-Shiddiq Radhiallaahu anhu dia berkata:
"Bahwasanya Nabi Shalallaahu alaihi wasalam memerintahkannya membonceng 'Aisyah dan mengantarnya untuk umrah dari Tan'im."
F. Waktu Umrah.
Waktu pelaksanaan umrah adalah hari-hari sepanjang tahun tanpa pengecualian. Akan tetapi jika dilaksanakan pada bulan Ramadhan lebih afdhal, berdasarkan sabda Nabi Shalallaahu alaihi wasalam :
"Umrah di bulan Ramadhan sama dengan ibadah haji."
Makna hadits ini, bahwasanya pahala umrah yang dikerjakan pada bulan Ramadhan sama dengan pahala haji. Hadits ini tidak berarti bahwa umrah pada bulan Ramadhan dapat menggugurkan kewajiban haji, karena telah menjadi ijma' (kesepakatan) bahwasanya umrah tidak cukup untuk menggantikan posisi haji yang wajib.
Demikian pula hadits ini menunjukkan bahwa pahala suatu amal ibadah akan bertambah jika dilakukan pada waktu yang mulia, sebagaimana pahala akan bertambah pula jika dikerjakan dengan penuh kekhusyu'an dan keikhlasan.
G. Umrah Sebelum Melaksanakan Ibadah Haji.
Seseorang yang belum melaksanakan ibadah haji dibolehkan untuk melaksana-kan umrah. Hal ini berdasarkan hadits 'Ikrimah bin Khalid Radhiallaahu anhu , beliau bertanya kepada ‘Abdullah bin ‘Umar bin al-Khaththab Radhiallaahu anhu tentang umrah yang dilaksanakan oleh seorang yang belum menunaikan haji. Maka Ibnu 'Umar berkata: (tidak mengapa). 'Ikrimah bertutur: "Abdullah Ibnu ‘Umar Radhiallaahu anhu berkata:
"Nabi Shalallaahu alaihi wasalam melaksanakan umrah sebelum beliau melaksanakan haji."
Demikian pula telah shahih dari al-Barra' bin 'Azib Radhiallaahu anhu, beliau berkata:
"Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam melaksanakan umrah dibulan Dzulqa'dah sebelum beliau haji (sebanyak) dua kali."
Imam al-Baghawi menuturkan:
"Para ulama telah sepakat akan kebolehan mendahulukan ibadah umrah atas ibadah haji."
Catatan/Peringatan penting:
* Dalam melaksanakan umrah, hendaklah memperhatikan sunnah-sunnah ihram, thawaf dan sa'i yang telah dibahas pada pembahasan yang lalu.
* Tidak disyari’atkan dan tidak pula dian-jurkan bagi jama'ah haji yang telah ber-umrah dan telah berada di Makkah untuk mengulang-ulangi umrah dari Tan'im atau Ji'ranah, karena pekerjaan tersebut tidak dicontohkan oleh Rasulullah e dan para Sahabat beliau.Wallaahu Ta’ala a'lam. ( alquran-sunnah )

Salam Baitullah
www.umrahibunda.com
SMS/CALL 08787 1968 154
081 290 568 32, 081 299 426 70

VIDEO - RAMADHAN DI MADINAH

buka puasa

youtube=http://www.youtube.com/watch?v=I9k9lmXiCJE


Merindu Ramadhan di Bumi Madinah
Saudaraku
Ramadhan kali ini saya ingin berbagi kenangan dan pengalaman
Alhamdulillah, Allah memberi kesempatan pada saya untuk berkunjung ke Baitullah dalam rangka umrah Ramadhan. Satu mimpi indah yang menjadi kenyataan. Hati muslim mana yang tak rindu untuk bisa beribadah sedekat itu dengan rumah Allah, baik di Mekah maupun di Madinah.
Bila dengan hitung-hitungan matematika manusia, uang yang ada tak pernah cukup untuk bisa menginjakkan di kota suci tersebut. Tapi rezeki seringkali berjalan menurut caranya sendiri. Akan selalu ada keajaiban yang itu di luar rumus paten. Bahasan tentang ini, insya Allah bisa kita bicarakan di lain kesempatan.
Kali ini saya hanya ingin berbagi indahnya Ramadhan di Mekah dan Madinah. Berharap dari tulisan sederhana ini terpercik api rindu dalam diri sehingga memperteguh doa dan upaya untuk bisa mewujudkannya. Insya Allah.
Menginjak bumi Madinah di bulan Juli, pipi saya langsung disambut hangat oleh hawa musim panas yang sedang merekah. Saking hangatnya, serasa seperti dicubit-cubit yang rasanya lumayan bikin sakit di wajah. Dalam hidung pun terasa sangat hangat seolah-olah ada darah mengalir memaksa untuk keluar. Takut mimisan, tapi Alhamdulillah itu semua cuma perasaan saja. Untuk mengurangi efek hangat akut tersebut, saya jadi rajin membawa slayer untuk ditutupkan ke muka terutama hidung. Ya hitung-hitung belajar memakai cadar.
Selain cadar, ada atribut lain yang jarang saya tinggal ketika keluar dari kamar hotel. Topi lebar seperti yang dipakai gadis-gadis ketika berjalan di pantai. Cukup dengan 8 riyal atau setara dengan 20 ribu rupiah, saya merasa terlindungi dari ciuman matahari ketika tengah hari harus berjalan menuju masjid Nabawi.
Teriknya sang surya tak menyurutkan langkah kaki menuju masjid. Syukurlah jarak hotel tak begitu jauh dari Masjid Nabawi. Meskipun tak jauh, setiap akan keluar dari lobby hotel, langkah kaki ini tak bisa diajak slow motion. Dia maunya cepat-cepat tiba di masjid dan ngadem di dalamnya. Padahal di saat yang sama saya lihat banyak ibu-ibu dan anak-anaknya yang masih balita, duduk dengan manis di pelataran masjid Nabawi yang menurut saya sudah mirip panasnya penggorengan.
Astaghfirullah. Ini masih panas di dunia, bagaimana di akhirat kelak?
Di padang mahsyar atau bahkan di neraka?
Duh...benar-benar tak sanggup membayangkannya.
Panas yang sedemikian membuat saya harus berhati-hati meletakkan sandal. Harga memang tak seberapa tapi bila hilang, memang mau menanggung resiko kaki melepuh berjalan dari masjid ke hotel? Meskipun selalu berkaos kaki, tapi seberapa kuat kain menahan hantaran panas dari ubin masjid dan aspal jalanan? Walhasil, sandal pun turut duduk manis di dalam masjid ikut shof. Demi kesopanan, tuh sandal dimasukkan tas kresek hitam. Meskipun tak ada jaminan orang dari negara lain melakukan hal serupa sehingga sandalnya mejeng dengan indahnya di depan saat saya salat.
Tak mengapa. Bukankah itu juga masuk dalam ujian kesabaran? Termasuk ketika kita sedang berusaha khusyuk salat, masih saja ada yang datang terlambat dan melewati sela-sela shaf dengan sedikit memaksa. Mau tak mau kita jadi bergerak karena terdorong oleh desakannya. Belum lagi ketika ruku’ dan sujud. Kepala jadi tempat hinggap yang empuk untuk dijadikan pegangan bila ada yang ingin lewat.
Terlepas dari itu semua, hal yang indah adalah ketika mengikuti salat tarawih. Isya dimulai sekitar pukul 9 malam lanjut dengan tarawih 23 rakaat. Karena setiap malam 1 juz maka selesai witir sekitar pukul 1 dini hari. Bacaan Imam yang memang sudah pilihan kualitasnya, menjadikan salat terasa lebih khusyuk dan syahdu.
Aktifitas Ramadan yang cukup padat dan panjangnya bacaan imam setiap rakaatnya menjadikan konsentrasi kadang buyar. Tak mau kalah oleh kantuk, saya pun mengambil langkah yang tidak populer ketika di Indonesia yaitu membuka mushaf Qur’an dan ikut menyimak bacaan Imam. Ketika ruku, i’tidak, sujud, Qur’an tersebut diletakkan di atas tas yang kemana-mana selalu saya bawa. Ketika berdiri rakaat berikutnya maka kembali menyimak lagi.
Ibu-ibu rombongan protes dengan sikap saya tersebut karena katanya salatnya tidak sah. Alasannya di dalam salat tidak boleh melakukan gerakan di luar salat lebih dari tiga kali. Duh...tidak tahukah ibu-ibu ini bahwa jangankan membaca mushaf, menggendong anak kecil saja boleh dalam shalat? Meskipun tarawih dengan sedikit mendapat omelan dari ibu-ibu, ikut menyimak bacaan Imam salat dengan membaca mushaf berjalan terus selama tarawih di Masjid Nabawi. Alhamdulillah. [riafariana-voa-islam]

Salam Baitullah
Umrahibunda.com
SMS/CALL 08787 1968 154,
081 290 56832, 081 299 426 70

UMRAH BACKPACKER



Mengenal Backpacker

Umrah Backpacker, Cara Beda Menikmati  Perjalanan Spiritual
– Harga mahal tak menjadi halangan bagi umat yang ingin mengunjungi Tanah Suci. Salah satu solusinya yaitu, dengan menjalankan umrah secara backpacker. Salah seorang yang pernah menunaikan umrah secara backpacker, Herman, mengaku sangat senang bisa memenuhi dahaga spiritualnya ke Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.
Apalagi perjalanan yang dilakukannya cukup unik dengan menempuh jalur berbeda dibanding jamaah pada umumnya. “Pilihan memilih paket ini, pertama karena murah. Kedua, karena ingin menikmati perjalanan spiritual dengan cara beda,” ujarnya,
Herman mengaku, hal yang paling terasa saat menjalani umrah paket hemat adalah badan terasa lebih capai. Namun, karena sejak awal memang ingin menanggung risiko dengan memilih paket backpacker, ia senantiasanya menikmati setiap momen di Tanah Suci.
Ia berkisah, dalam rombongannya pernah ada seorang bapak yang mengeluh kelelahan karena badannya sakit. Namun setelah diingatkan agar tidak mengeluh dan ikhlas menjalani semua, bapak itu tiba-tiba bertemu orang Arab yang fasih berbahasa Indonesia. Oleh orang Arab, bapak itu diberi minuman air mineral.
“Setelah menenggak beberapa teguk, sang bapak langsung sembuh penyakitnya. Inilah hikmah ikut umrah backpacker,” katanya.
Herman menyarankan, agar orang berusia di atas 40 tahun tidak mengambil paket murah. Karena selain cukup merepotkan juga memang menguras energi. Dari pada selama perjalanan hanya mengeluh hingga membuat ibadah umrahnya terganggu, lebih baik mengambil paket reguler. ( sumber : republika )
Mau Umrah…. Kami siap membantu .

Salam BAITULLAH

SMS/CALL :  08787 1968 154 ( XL )
081 299 426 70 ( Simp ) / 081 290 568 32 ( Simp )

daftar_sekarang 1

UMRAH-HAJI TIAP TAHUN ?

rindu baitullah1
Umrah / Haji Tiap Tahun ....?  ini do'anya

اَللَّهُمَّ الرْزُقْنَا زِيَارَةَ بَيْتِكَ اَلْمُعَظَّمْ
وَرَسُوْلِكَ اَلْمُكَرَّمْ فِى هَذَا الْعَامْ وَفِى كُلِّ عَامْ بِاَحْسَنِ الْحَالْ

Artinya :
Ya Allah, Berilah kami Rizqi untuk mengunjungi rumah-MU yang agung dan Rasul-MU yang mulia,
di tahun ini dan setiap tahun, dengan keadaan sebaik-baiknya.
Saudaraku .......
Haji merupakan rukun islam kelima kita, adalah salah satu ibadah yang menjadi impian banyak muslim. Ibadah yang begitu membekas dan bermakna bagi mukmin yang bersungguh-sungguh menjalankannya. Nilai pahalanya pun juga luar biasa besar di sisi Allah. Wajar jika tidak semua orang mampu segera melaksanakannya.
Berikut adalah tips-tips agar insya Allah dapat segera naik haji & umrah berdasarkan beberapa sumber dari ustadz kita.
  1. Berniat kuat (ber-azzam) untuk melaksanakan haji. Azzam berarti kebulatan tekad, tidak hanya sekedar niat yang diucapkan di mulut atau ‘numpang’ lewat di pikiran atau hati saja.
  2. Pelajari cara-cara melakukan ibadah haji (manasik haji). Pengetahuan yang benar akan memperkuat niat dan keinginan kita untuk segera melaksanakannya.
  3. Perbanyak berdoa dan panjatkanlah secara rutin setiap saat, misalkan setiap selesai sholat fardhu maupun sunnah.
  4. Jangan lupa doakan selalu orang tua kita. Ingatlah bahwa anak yang sholeh sangat dicintai Allah sehingga insya Allah akan dimudahkan-Nya dalam mencapai segala keinginan kita.
  5. Selalu berbaik sangka-lah (ber-husnudzon) kepada Allah SWT. Jangan mudah putus asa. Jalanilah kehidupan dengan sabar dan yakinlah bahwa Allah SWT akan selalu memberikan pertolongan
  6. Mulailah menabung sekarang juga, berapapun juga! Buktikan pada Allah SWT bahwa kita bersungguh-sungguh ingin menjalankan perintahnya. Insya Allah, Allah SWT akan menolong kita dari arah yang tak terduga. Gunakan jasa tabungan haji di bank Syariah atau lembaga haji lainnya. Pilihlah tabungan haji yang tidak mudah dicairkan dan memiliki target minimum pendaftaran haji, agar niat kita terjaga.
  7. Perbanyaklah beramal. Jangan hanya menabung di bank syariah, tapi ‘tabunglah’ amal kita kepada anak-anak yatim, fakir miskin, baitul mal, gelandangan dan mesjid-mesjid.
  8. Jalankanlah sebaik mungkin segala perintah-Nya dalam Islam dan jauhi maksiat. Jika kita meminta sesuatu pada seseorang, kita akan berusaha menyenangkannya, bukan? Begitu juga jika kita meminta sesuatu pada Allah SWT, kita harus menyenangkan-Nya dengan menjalankan apa yang perintah-Nya dan menjauhi segala yang dilarang-Nya.
Semoga kita dimudahkan-Nya untuk segera melaksanakan ibadah haji / umrah . Amin yaa rabbal ‘alamiin.
Referensi:
  1. “Berdoa itu bermanfaat bagi sesuatu yang sudah terjadi maupun yang belum terjadi. Maka hendaklah kalian banyak berdoa.” (al Hadits)
  2. Rasulullah SAW bersabda, “tidak ada satu doa pun yang dipanjatkan kecuali ia menjadi simpanan kebaikan bagi yang berdoa.”

Salam Baitullah
SMS/CALL : 08787 1968 154, 081 290 56832

HAJI RASULULLAH

Haji Rasulullah
Mengingat pentingnya mengetahui manasik haji yang dilaksanakan Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam, dan sebagai wujud pelaksanaan perintah beliau:
خُذُوْاعَنِّىمَنَاسِكَكُمْ
"Ambillah dariku manasik haji kalian!"
Maka kami menyajikan terjemahan lengkap hadits Jabir bin 'Abdillah Radhiallaahu anhu yang menerangkan "Cara Haji Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam ", dan kami sertakan beberapa komentar serta keterangan para ulama berupa catatan kaki, dan hanya kepada Allah kami memohon taufiq dan petunjuk.
Jabir Radhiallaahu anhu berkata: "Bahwasanya Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam tinggal di kota Madinah selama sembilan tahun belum pernah melaksanakan haji. Kemudian diumumkan kepada manusia pada tahun kesepuluh Hijriyyah, bahwasanya Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam akan melaksanakan ibadah haji (pada tahun ini).
Maka banyak manusia (para Sahabat) yang berdatangan ke kota Madinah, semua berharap akan mengikuti (tata cara haji) Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam dan melakukan seperti apa yang dilakukan beliau. Lalu kami keluar bersama beliau hingga tiba di Dzul Hulaifah . (Setiba ditempat ini,-Pent) Asma' binti Umais melahirkan Mu-hammad bin Abu Bakar (ash-Shiddiq), maka ia mengutus seseorang kepada Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam (untuk bertanya) apa yang harus diperbuat-nya, beliaupun bersabda (kepada Asma,-Pent): "Mandilah dan tutuplah (sumbatlah) tempat keluar darah dengan kain dan berihramlah! Kemudian Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam melaksanakan shalat di masjid.
A. Rasulullah Berihram.
Kemudian beliau menaiki Qashwa' (unta beliau,-Pent) hingga setelah berada diatasnya di-tengah padang pasir terbuka, (beliau berihram dengan mengucapkan "لَبَّيْكَاللَّهُمَّبِحَجَّةٍ" "Aku menjawab panggilan-Mu ya Allah untuk me-laksanakan haji".
Selanjutnya Jabir berkata: "Maka aku me-lihat sepanjang mata memandang dari depan beliau para jama'ah haji yang menggunakan kendaraan dan yang berjalan kami, demikian pula disisi kiri beliau, disisi kanan beliau dan dibelakang beliau seperti itu (penuh dengan jama'ah haji,-Pent), sementara Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam berada di tengah-tengah kami, dan diturunkan al-Quran (wahyu,-Pent) kepada beliau, dan beliau mengetahui penafsirannya. Apa saja yang beliau lakukan kamipun melakukannya. Selanjutnya beliau mengangkat suaranya dengan membaca "talbiyah" yang berisikan tauhid kepada Allah:
لَبَّيْكَاللَّهُمَّلَبَّيْكَلَبَّيْكَلاَشَرَيْكَلَكَلَبَّيْكَإِنَّالْحَمْدَوَالنِّعْمَةَلَكَوَالْمُلْكَلاَشَرِيَكَلَكَ
"Aku menjawab panggilan-Mu ya Allah, aku menjawab panggilan-Mu ya Allah, aku menjawab panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu, aku menjawab panggilan-Mu, sesung-guhnya segala pujian dan kenikmatan ada-lah milik-Mu, demikian pula kekuasaan ini (milik-Mu), tiada sekutu bagi-Mu."
Manusia pun mengangkat suara mereka sambil bertalbiyah dengan talbiyah yang mereka ucapkan, maka Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam tidak membantah mereka sedikitpun dari talbiyah mereka itu, sedangkan Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam terus menetapi talbiyahnya.
(Selanjutnya) Jabir berkata: "Kami tidak berniat kecuali haji, kami tidak mengetahui umrah."
B. Memasuki Kota Makkah dan Thawaf
"Hingga tatkala kami telah sampai di Baitullah bersamanya beliau memegang/mengusap Hajar Aswad , lalu thawaf dengan ber-lari-lari kecil pada tiga putaran (pertama) dan berjalan seperti biasa pada empat putaran (berikutnya,-Pent). Lalu beliau menuju ke maqam Ibrahim Alaihissalam dan membaca:
“ Wattakhidzuu mimmaqaami Ibraahiim”
"…Dan jadikanlah sebagian maqam Ibra-him sebagai tempat shalat..."
Beliau jadikan maqam Ibrahim terletak di antara beliau dan Ka'bah, lalu beliau shalat dua rakaat dengan membaca: Qulhuwallaahu ahad dan Qul yaa ayyuhal kaafiruun
(Setelah shalat) beliau menuju ke sumur zam-zam, lalu minum air zam-zam, dan menuangkannya diatas kepala beliau, kemudian beliau kembali ke Hajar Aswad, lalu mengusapnya.
C. Berdiri di Atas Bukit Shafa dan Marwah
Kemudian beliau keluar dari "pintu Shafa" menuju ke bukit Shafa. Setelah mendekati bukit Shafa, beliau membaca:
"Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebagian dari syi'ar Allah, maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber-umrah, maka tidak ada dosa baginya me-ngerjakan sa'i antara keduanya. Dan barang-siapa yang mengerjakan suatu kebajiikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Mahamensyukuri kebaikan lagi Maha-mengetahui."
أَبْدَأُبِمَابَدَأَاللهُبِهِ
"Aku memulai dengan apa yang dimulai oleh Allah."
Lalu beliau memulai dengan menaiki bukit Shafa hingga beliau melihat Ka'bah, kemudian menghadap ke arah kiblat (Ka'bah,-Pent). Maka beliaupun mentauhidkan Allah dan mengagungkan-Nya, serta mengucapkan:
لاَإِلَهَإِلاَّاللَّهُوَحْدَهُلاَشَرٍيْكَلَهُلَهُالْمُلْكُوَلَهُالْحَمْدُوَهُوَعَلَىكُلِّشَيْءٍقَدِيْرٌ،لاَإِلَهَإِلاَّاللَّهُوَحْدَهُأَنْجَزَوَعْدَهُوَنَصَرَعَبْدَهُوَهَزَمَاْلأَحْزَابَوَحْدَهُ
"Tiada Ilah yang haq kecuali Allah Yang Mahaesa, tiada sekutu bagi-Nya, milik-Nya segala kekuasaan dan milik-Nya pula segala pujian, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Tiada Ilah yang haq, kecuali Dia-Yang Mahaesa, Dia telah memenuhi janji-Nya, menolong hamba-Nya dan mengalahkan golongan yang bersekutu (pasukan gabungan) dengan sendirian."
Lalu beliau berdo'a di antara bacaan itu, beliau mengucapkan bacaan ini sebanyak tiga kali.
Kemudian beliau turun (dari bukit Shafa,-Pent) menuju ke bukit Marwah, hingga apabila ke-dua kakinya telah menginjak ditengah lembah itu, beliau berlari , hingga apabila kedua kaki-nya mulai mendaki, beliau berjalan (seperti biasa), hingga tiba di Marwah, lalu menaikinya hingga melihat Baitullah , dan beliau lakukan di Marwah seperti apa yang beliau lakukan di Shafa."
D. Perintah Nabi Shalallaahu alaihi wasalam Kepada Para Sahabat Untuk Menjadikan Haji Mereka Sebagai Umrah.
Hingga pada akhir putaran sa'inya ketika berada di bukit Marwah, beliau bersabda:
يَاأَيُّهَاالنَّاسُلَوْأَنِّىاسْتَقْبَلْتُمِنَأَمْرِىْمَااسْتَدْبَرْتُلَمْأَسُقِالْهَدْىَوَجَعَلْتُهَاعُمْرَةًفَمَنْكَانَمِنْكُمْلَيْسَمَعَهُهَدْيٌفَلْيَحِلَّوَلْيَجْعَلْهَاعُمْرَةً
"Hai sekalian manusia, seandainya aku mengetahui (ketika permulaan melaksanakan haji ini) apa-apa yang kuketahui sekarang ini, niscaya akau tidak akan membawa/menggiring binatang hadyu, dan akan kujadikan (pekerjaan hajiku ini) sebagai umrah , maka barangsiapa di antara kalian yang tidak menyertakan binatang hadyu bersamanya (yang tidak membawa binatang hadyu,-Pent) hendaklah ia berta-hallul dan menjadikan (amalannya berupa thawaf dan sa'i yang telah dilakukannya,-Pent) sebagai umrah."
Dalam riwayat lain beliau bersabda:
أَحِلُّوْامِنْإِحْرَامِكُمْفَطُوْفُوْابِالْبَيْتِوَبَيْنَالصَّفَاوَالْمَرْوَةِوَقَصِّرُوْاوَأَقِيْمُوْاحَلاَلاًحَتَّىإِذَاكَانَيَوْمُالتَّرْوِيَةِفَأَهِلُّوْابَالِحِجِّوَاجْعَلُوْاالَّتِيْقَدِمْتُمْبِهَامُتَعَةً
"Bertahallullah dari ihram kalian, maka thawaflah di Baitullah dan di antara Shafa dan Marwah, serta pendekkanlah (rambut-rambut kepala kalian), dan tinggallah (di Makkah,-Pent) sebagai orang yang halal (yang tidak dalam keadaan berihram,-Pent) hingga datangnya hari Tarwiyah , maka berihram-lah untuk haji dan jadikanlah apa yang telah kalian datang dengannya sebagai haji Tamattu'."
(Selanjutnya, Jabir Radhiallaahu anhu berkata:-Pent)
Maka bangkitlah Suraqah bin Malik bin Ju'syum (yang pada saat itu dia berada di kaki bukit Marwah), ia berkata:
يَارَسُوْلَاللهِ،أَرَأَيْتَعُمْرَتَنَا؟وَفِيْلَفْظٍ: مُتْعَتَنَا؟- أَلِعَامِنَاهَذَاأَمْلأَبَدٍ؟فَشَبَّكَرَسُوْلُاللهِ أَصَابِعَهُوَاحِدَةًفِيْأُخْرَىوَقَالَ: دَخَلَتِالْعُمْرَةُفِيْالْحَجَّمَرَّتَيْنِ- (إِلَىيَوْمِالْقِيَامَةِ) "لاَ" بَلْلأَبَدٍأَبَدٍ
"Ya Rasulullah bagaimana pendapatmu tentang umrah kami ini? -Dalam redaksi yang lain: Tamattu' kami ini?- Apakah hanya untuk tahun kita ini saja ataukah untuk selamanya? Maka Rasulullah Shallallohu'alaihi wasallam; mencengkeramkan (menyatukan) jari-jari tangan (kanannya,-Pent) pada jari-jari tangan (kiri-nya-Pent), dan berkata: 'Umrah telah masuk dalam haji' (sampai hari Kiamat), bahkan sampai selama-lamanya."
E. Khutbah Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam Menekankan Para Jama'ah Haji Qiran Yang Tidak Menggiring Binatang Hadyu dan Para Jama'ah Haji Ifrad Untuk Menjadikan Haji Mereka Sebagai Umrah.
Maka bangkitlah Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam menyampaikan khutbah kepada para jama'ah haji, beliau memuji dan menyanjung Allah Subhannahu wa Ta'ala , lalu berkata:
أَبِاللهِتَعْلَمُوْنِيْأَيُّهَاالنَّاسُ!؟قَدْعَلِمْتُمْأَنِّيْأَتْقَاكُمْلِلَّهِوَأَصْدَقُكُمْوَأَبَرُّكُمْ،افْعَلُوْامَاآمُرُكُمْبِهِفَإِنِّىلَوْلاَهَدْيِىْلَحَلَلْتُكَمَاتَحِلُّوْنَوَلَكِنْلاَيَحِلُّمِنِّىحَرَامٌحَتَّىيَبْلُغَالْهَدْىُمَحِلَّهُ،وَلَوِاسْتَقْبَلْتُمِنْأَمْرِىمَااسْتَدْبَرْتُلَمْأَسُقِالْهَدْىَ
"Demi Allah, wahai sekalian manusia Apa-kah kalian mengetahui aku!? Sungguh kalian telah mengetahui bahwasanya aku adalah orang yang paling takwa kepada Allah di antara kamu, paling jujur dan paling berbakti, laksanakanlah apa yang kuperintahkan kepada kalian, karena pada hakikatnya kalau bukan karena binatang hadyu, niscaya aku akan bertahallul sebagaimana kalian bertahallul, akan tetapi aku tidak bertahallul dari ihramku ini, sehingga binatang ini tiba di tempat penyembelihannya (hingga disembelih,-Pent). Seandainya dahulu aku mengetahui (berupa kesulitan) dalam urusan ini apa-apa yang kuketahui sekarang ini, niscaya aku tidak akan menggiring binatang hadyu."
Maka bertahallul-lah semua jama'ah haji yang menyertai Rasulullah dan mereka memendekkan rambut, kecuali Nabi Shalallaahu alaihi wasalam dan mereka yang telah membawa binatang hadyu, dan tidak ada di antara mereka yang meng-giring binatang hadyu, kecuali Nabi Shalallaahu alaihi wasalam dan Thalhah (bin 'Ubaidillah Radhiallaahu anhu ,-Pent).

F. Kedatangan 'Ali bin Abi Thalib Radhiallaahu anhu Dari Negeri Yaman.

'Ali (bin Abi Thalib Radhiallaahu anhu ,-Peny.) pun tiba dengan membawa sejumlah unta Nabi Shalallaahu alaihi wasalam , lalu ia mendapati Fathimah Radhiallaahu anha (istrinya,-Pent) ter-masuk di antara mereka yang bertahallul, ia memakai pakaian yang dicelup (dengan wangi-wangian,-Pent) dan memakai celak mata, maka 'Ali mengingkari (perbuatannya) itu. Fathimah berkata: "Sesungguhnya aku diperintahkan oleh ayahku untuk bertahallul."
Jabir berkata (melanjutkan ceritanya,-Pent), ketika 'Ali berada di Irak, dia berkata (men-ceritakan kisahnya ketika melihat Fathimah bertahallul,-Pent).
"Maka aku pergi kepada Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam , dan aku menyayangkan apa yang telah dilakukan Fathimah sambil meminta fatwa kepada Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam tentang apa yang disebutkan oleh Fathimah dari Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam. Lalu kuberitahukan kepada beliau bahwa aku mengingkari perbuatan Fathimah (dalam hal tahallulnya,-Pent), maka beliau berkata: " Dia (Fathimah) benar, dia benar! (Kata Jabir). Dan beliau berkata ke-pada 'Ali: 'Apa yang kamu ucapkan ketika kamu haji?' 'Ali berkata: Aku berkata:
اَللَّهُمَّإِنِّىأُهِلُّبِمَاأَهَلَّبِهِرَسُوْلُكَ
"Ya Allah, sesungguhnya aku berihram dengan apa yang Rasul-Mu berihram dengannya."
Maka beliau bersabda: "Sesungguhnya bersamaku ada binatang hadyu, maka janganlah kamu bertahallul."
Jabir berkata (melanjutkan ceritanya,-Pent): "Dengan demikian jumlah binatang hadyu yang dibawa 'Ali dari Yaman dan yang dibawa oleh Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam sebanyak seratus (100) ekor unta."
Jabir berkata: "Maka bertahallul-lah seluruh jama'ah haji dan memendekkan (rambut-rambut mereka,-Pent), kecuali Nabi Shalallaahu alaihi wasalam dan mereka yang membawa hadyu."
G. Menuju Mina Pada Hari Tarwiyah.
Pada hari Tarwiyah (tanggal 8 Dzulhijjah,-Pent), para jama'ah haji berangkat menuju Mina. (Ketika akan berangkat dari tempat tinggal mereka,-Pent) mereka berihram untuk haji (dengan mengucapkan: "لَبَّيْكَاللَّهُمَّبِحَجَّةٍ",-pent).
Jabir aberkata: "Kemudian Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam masuk menemui 'Aisyah Radhiallaahu anha (sebelum berangkat ke Mina,-Pent). Beliau dapati 'Aisyah sedang menangis, maka beliau berkata: "Apa-kah gerangan yang menyebabkan engkau menangis?" 'Aisyah berkata: "Keadaanku, aku sedang haidh sedangkan jama'ah haji telah bertahallul dan aku belum bertahallul, dan belum melaksanakan thawaf (umrah) di Baitul-lah, sementara orang-orang berangkat ke haji sekarang ini." Maka beliaupun bersabda:
إِنَّهَذَاأَمْرٌكَتَبَهُاللَّهُعَلَىبَنَاتِآدَمَفَاَغْتَسِلِىثُمَّأَهِلِّىبِالْحَجِّثُمَّحُجِّىوَاصْنَعِىمَايَصْنَعُالْحَاجُّغَيْرَأَنْلاَتَطُوْفِيْبِالْبَيْتِوَلاَتُصِلِّىفَفَعَلَتْ
"Sesungguhnya (haidh,-Pent) itu adalah suatu perkara yang telah ditentukan Allah atas para wanita, maka mandilah kemudian ucapkanlah talbiyah untuk haji        لَبَيْكَاللَّهُمَّبِحَجَّةٍ –Pent, lalu hajilah dan lakukanlah semua (amalan) yang dilakukan oleh orang yang melaksanakan haji, hanya saja engkau tidak boleh melakukan thawaf di Baitullah dan tidak boleh shalat , maka ('Aisyah) pun melaksanakannya."
Kemudian Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam mengendarai (untanya untuk berangkat ke Mina,-Pent). Beliau disana melaksanakan shalat Zhuhur, 'Ashar, Maghrib, 'Isya' dan Shubuh , kemudian beliau tetap menunggu disana sejenak hingga matahari terbit , lalu menyuruh untuk mendirikan sebuah Qubbah dari bulu unta yang dipersiapkan untuk beliau (berteduh ketika wuquf) di Namirah.
H. Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam Berangkat Menuju 'Arafah.
Lalu berangkatlah Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam dan orang-orang Quraisy dengan tidak ragu. Namun beliau berhenti pada Masy'aril Haram yang terletak di Muzdalifah, disitulah tempat turun beliau, sebagaimana yang dilakukan orang-orang Quraisy di zaman Jahiliyyah. Kemudi-an beliau melanjutkan perjalanannya hingga mendatangi (sebuah tempat dekat) padang 'Arafah, dan beliau jumpai bahwasanya Qubbah (kemah) beliau telah dibangun di Namirah, lalu beliaupun turun ditempat tersebut, hingga ketika matahari telah tergelincir, beliau memerintahkan agar unta beliau " al-Qashwa' " segera dipasang pelananya, lalu beliau melanjutkan perjalanannya dan memasuki tengah lembah.
I. Khutbah Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam di Arafah.
(Beliau bersabda:)
إِنَّدِمَاءَكُمْوَأَمْوَالَكُمْحَرَامٌعَلَيْكُمْكَحُرْمَةِيَوْمِكُمْهَذَافِيْشَهْرِكُمْهَذَافِيْبَلَدِكُمْهَذَاأَلاَكُلُّشَيْءٍمِنْأَمْرِالْجَاهِلِيَّةِتَحْتَقَدَمَىَّمَوْضُوْعٌ
"Sesungguhnya darah-darah dan harta-harta kalian haram atas kamu sekalian seperti haramnya harimu ini, di bulanmu ini, di negerimu ini. Ketahuilah segala sesuatu dari perkara Jahiliyyah diletakkan dibawah kedua telapak kakiku ini.
وَدِمَاءُالْجَاهِلِيَّةِمَوْضُوْعَةٌوَإِنَّأَوَّلَدَمٍأَضَعُمِنْدِمَاءِنَادَمُابْنِرَبِيْعَةَابْنِالْحَارِثِكَانَمُسْتَرْضِعًافِيْبَنِىسَعْدٍفَقَتَلَتْهُهُذَيْلٌوَرِبَاالْجَاهِلِيَّةِمَوْضُوْعٌوَأَوَّلُرِبًاأَضَعُرِبَاعَبَّاسٍابْنِعَبْدِالْمُطَّلِبِفَإِنَّهُمَوْضُوْعٌكُلُّهُ
"Darah-darah dizaman Jahiliyyah diletakkan (dibatalkan dari tuntutan,-Pent) dan (tuntutan) darah pertama yang dibatalkan di antara tuntutan darah-darah kami adalah darah Ibnu Rabi'ah bin al-Harits, dia adalah seorang anak yang disusukan dikalangan Bani Sa'ad, lalu ia dibunuh oleh seorang dari suku Hudzail. Riba Jahiliyyah pun dibatalkan dan riba pertama yang aku letakkan (batalkan adalah riba milik 'Abbas bin 'Abdul Muththalib, semua riba itu dibatalkan."
فَاتَّقُوْااللَّهَفِيْالنِّسَاءِوَإِنَّكُمْأَخَذْتُمُوْهُنَّبِأَمَانِاللهِوَاسْتَحْلَلْتُمْفُرُوْجَهُنَّبِكَلِـمَةِاللَّهِوَلَكُمْعَلَيْهِنَّأَنْلاَيُوْطِئْنَفُرُشَـكُمْأَحَدًاتَكْرَهُوْنَهُفَإِنْفَعَلْنَفَاضْرِبُـوْهُنَّضَرْبًاغَيْرَمُبَرِّحٍوَلَهُنَّعَلَـيْكُمْرِزْقُهُنَّوَكِسْوَتُهُنَّبِالْمَعْرُوْفِ
"Bertakwalah kamu kepada Allah dalam (memperlakukan) para isteri, karena sesungguhnya kalian mengambil mereka dengan amanah Allah, dan menghalalkan kemaluan-kemaluan mereka dengan kalimat Allah. Kewajiban mereka atasmu yaitu mereka tidak boleh mempersilahkan seorang pun yang tidak kamu senangi untuk masuk ke rumahmu. Dan apabila mereka melanggar hal tersebut, maka pukullah mereka dengan pukulan yang tidak keras dan tidak menyakitkan. Dan kewajibanmu atas mereka yaitu memberi rizki (makan) dan pakaian dengan cara yang baik."
وَإِنِّىقدْتَرَكْتُفِيْكُمْمَالَنْتَضِلُّوْابَعْدُإِنِاعْتَصَمْتُمْبِهِكِتَابَاللَّهِوَأَنْتُمْتُسْأَلُوْنَعَنِّىفَمَاأَنْتُمْقَائِلُوْنَ؟قَالُوْا: نَشْهَدُأَنَّكَقَدْبَلَّغْتَوَأَدَّيْتَوَنَصَحْتَ. فَقَالَبِأَصْبُعِهِالسَّبَـابَةِيَرْفَعُهَاإِلَىالسَّمَاءِوَيُنْكِتُهَاإِلَىالنَّاسِ: اللَّهُمَّاشْهَدْاللَّهُمَّاشْهَدْ (ثَلاَثَمَرَّاتٍ)
"Dan bahwasanya telah kutinggalkan padamu sesuatu yang menyebabkan kamu tidak akan tersesat selama-lamanya jika kamu berpegang teguh padanya, yaitu "Kitabullah". Dan kamu akan ditanya tentangku, maka apakah jawaban kalian? (Para Sahabat) berkata: 'Kami bersaksi bahwasanya engkau telah menyampaikan (risalah Rabbmu), menunaikan (amanah) dan menasihati (ummat), lalu beliaupun bersabda sambil mengangkat jari telunjuk-nya ke langit dan menggerakkannya kepada para Sahabat (jama'ah haji): 'Ya Allah saksikanlah! Ya Allah saksikanlah (beliau mengucapkannya tiga kali.'")
J. Menjamak Shalat di 'Arafah.
Kemudian Bilal mengumandangkan adzan satu kali, lalu membaca iqamah, maka Nabi pun melaksanakan shalat Zhuhur, kemudian Bilal membaca iqamah sekali lagi, lalu Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam melaksanakan shalat ashar. Beliau tidak mengerjakan shalat (sunnah) di antara kedua shalat tersebut. Kemudian beliau menaiki untanya hingga tiba di tempat wuquf, beliau menjadikan perut untanya, al-Qashwa', rapat ke batu-batu gunung dan menjadikan tempat berkumpulnya para pejalan kaki ber-ada didepannya, beliau mengahadap ke arah kiblat dan tetap wuquf hingga matahari ter-benam dan hilangnya mega kuning, serta bola matahari tenggelam. (Ketika wuquf beliau membonceng Usamah (bin Zaid,-Pent) dibelakangnya).

K. Bertolak Dari 'Arafah.

(Lalu) Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bertolak (dari 'Arafah) dengan penuh ketenangan, beliau menyempitkan kekang (kendali) unta al-Qashwa' hingga kepala unta itu menyentuh tempat meletakkan kaki yang ada di kendaraan itu. Dan beliau memberikan isyarat dengan tangan kanannya (kepada para jama'ah haji) seraya bersabda:
أَيُّهَاالنَّاسُالسَّكِيْنَةَ! السَّكِيْنَةَ
"Wahai sekalian manusia tenanglah, tenanglah!"
Setiap kali beliau tiba dibukit pasir, beliau longgarkan kendali untanya sedikit hingga untanya mendaki.
L. Menginap di Muzdalifah.
Sesampainya di Muzdalifah, beliau me-laksanakan shalat Maghrib dan 'Isya' dengan satu adzan dua iqamah, beliau tidak shalat sunnah di antara kedua shalat itu. Kemudian beliau berbaring (tidur) hingga terbit fajar Shubuh, lalu beliau mengerjakan shalat Shubuh setelah kelihatan jelas masuknya waktu Shubuh dengan satu kali adzan dan satu kali iqamah.
Wuquf di Masy'aril Haram (Muzdalifah)
Kemudian Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam naik al-Qashwa' hingga tiba di "Masy'aril Haram", beliau langsung menghadap kiblat lalu berdo'a kepada Allah, bertakbir dan bertahlil (mengucapkan kalimat tauhid, Laa Ilaaha Illallaah) serta mentauhidkan-Nya. Beliau terus melaksa-nakan wuquf ini hingga pagi hari telah sangat terang dan beliau berkata:
وَقَفْتُهَهُنَاوَالْمُزْدَلِفَةُكُلُّهَامَوْقِفٌ
"Aku wukuf disini dan seluruh lokasi Muzdalifah adalah tempat wukuf."

M. Bertolak dari Muzdalifah untuk Melempar Jumratul 'Aqabah.

Sebelum matahari terbit, beliau bertolak (dari Muzdalifah ke Mina,-Pent), beliau membonceng Fadhl bin 'Abbas, ia adalah seorang yang berambut indah, berkulit putih dan ber-paras tampan. Ketika Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam berangkat, maka ada beberapa wanita berlari melewati beliau, Fadhl pun melihat kepada mereka (para wanita itu), maka Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam menempelkan tangannya diatas wajah Fadhl, lalu Fadhl memutar wajahnya ke arah yang lain (agar dapat) melihat (mereka), maka beliaupun memutar tangannya ke arah yang lain itu sambil memalingkan wajah Fadhl agar melihat ke arah lain, hingga beliau tiba di lembah "Muhassir" dan sedikit mempercepat gerak (jalan) untanya.
N. Melempar Jumratul 'Aqabah (Jumratul Kubra) [Tanggal 10 Dzulhijjah].
Kemudian beliau menempuh jalan tengah yang tembus keluar menuju Jumratul Kubra hingga tiba di Jamrah yang terletak di dekat pohon kemudian beliau melontarnya dengan tujuh batu kecil sambil bertakbir (membaca:اللَّهُأَكْبَرْ,-Pent) pada setiap lontaran yang batunya sebesar batu yang digunakan untuk ketapel, beliau melontarnya dari tengah-tengah lembah sambil berkata:
لِتَأْخُذُوْاعَنِّيمَنَاسِكَكُمْفَإِنِّىلاَأَدْرِيلَعَلِّىلاَأَحُجُّ بَعْدَحَجَّتِيهَذِهِ
"Ambillah dariku manasik haji kalian, karena sesungguhnya aku tidak mengetahui, bisa jadi aku tidak akan melaksanakan ibadah haji lagi setelah hajiku ini."
O. Menyembelih Binatang Hadyu dan Mencukur Gundul Rambut Kepala.
Lalu beliau Shalallaahu alaihi wasalam berangkat menuju lokasi penyembelihan dan menyembelih 63 (enam puluh tiga) ekor unta dengan tangan beliau, kemudian diserahkan kepada 'Ali (bin Abi Thalib,-Pent). Lalu binatang kurban yang se-lebihnya disembelih oleh 'Ali dan digabung-kan dengan binatang hadyunya. Lalu beliau memerintahkan untuk mengambil sepotong daging dari setiap satu ekor unta hadyunya, kemudian dimasukkan kedalam periuk untuk dimasak. Lalu beliau makan dari daging kurban itu dan meminum air kuahnya.
Dalam riwayat lain: "Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam menyembelih (hewan hadyu), lalu mencukur (rambut kepalanya sampai bersih,-Pent), lalu beliau duduk di Mina pada hari Nahar (10 Dzulhijjah,-Pent). Maka tidaklah beliau ditanya tentang suatu (pekerjaan yang dilakukan pada hari itu) yang didahulukan sebelum yang lainnya, melainkan beliau menjawab: "Tidak mengapa, tidak mengapa."
P. Menuju Makkah untuk Thawaf Ifadhah.
Kemudian Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam mengendarai untanya, lalu bertolak ke Baitullah, kemudian melaksanakan thawaf ifadhah, dan beliau shalat Zhuhur di Makkah. Kemudian beliau mendatangi Bani 'Abdul Muththalib yang sedang memberi minum air zam-zam (kepada para jama'ah haji), lalu berkata:
اِنْزِعُوْابَنِىعَبْدِالْمُطَّلِبِفَلَوْلاَأَنْيَـغْلِبَكُمُالنَّاسُلَنَزَعْتُمَعَكُمْفَنَاوَلُوْهُدَلْوًافَشَرِبَمِنْهُ
"Timbalah (air zam-zam itu) wahai Bani 'Abdul Muththalib, kalau sekiranya (aku tidak merasa khawatir) kamu akan dikalah-kan oleh para jama'ah haji atas pemberian minum ini, tentu aku akan menimba dengan kalian, kemudian mereka meyerahkan setimba air zam-zam kepada beliau, maka beliaupun meminumnya."
(Terjemahan hadits ini dinukil dan dipadukan dari beberapa sumber, yaitu Shahih Muslim bab "Hajjatun Nabiyyi Shalallaahu alaihi wasalam 8/402-421 hadits No. 2941, Hajjatun Nabi Shalallaahu alaihi wasalam : 45-92 karya Syaikh al-Albani, dan Shifat Hajjatin Nabi Shalallaahu alaihi wasalam karya asy-Syaikh Muhammad bin Jamil Zinu hal: 3-16.) ( alquran-sunnah )
Salam BAITULLAH

www.umrahibunda.com
SMS/CALL : 08787 1968 154
081 290 568 32, 081 299 426 70

Sabtu, 12 Juli 2014

RINDU BAITULLAH


MUTOWWIF


Copyright © 2014 UMRAH BANTEN